BELITUNG TIMUR - Lagi keluh kesah masyarakat terhadap awak media dimana dirinya saat ini menjadi pengangguran dikarenakan untuk mencari pekerjaan belum juga kunjung dapat sehingga membuat dirinya kebingungan harus berbuat apa untuk menyambung hidup dirinya beserta keluarganya yang butuh makan dan kebutuhan hidup lainnya setiap hari.
Kurniawan mengeluhkan kepada awak media disaat duduk bareng sambil menikmati segelas kopi pancok bahwa dirinya serta temannya yang saat ini banyak menjadi pengangguran dikarenakan belum ada solusi alternatif usaha atau pekerjaan. Jum'at (30/9/2022)
" Bagaimana pak wartawan saat ini kita serba sulit, mau kerja apa kita, kerja carik timah (nambang timah - red) harganya murah banget ditambah lagi harga minyak (BBM - red) mahal (Harga naik - red) apa jadinya ini buat cari makan sehari-hari mau dapat dari mana" Ujarnya kepada awak media.
Dikatakannya bahwa dirinya menjadi penambang timah rakyat tradisonal sudah sejak lama belasan tahun yang lalu hingga sekarang sebagai andalan memenuhi kebutuhan hidup buat dirinya dan keluarganya.
"Saya sudah lama pak wartawan mencari timah (nambang timah - red) sudah belasan tahun dari harga timah masih 7(tujuh) ribu satu kilo, yaa masih dapat la buat nyambung hidup sehari-hari untuk anak bini, sekarang mau ngelimbang timah saja juga kami takut" katanya kepada awak media sambil seruput ngopi.
Dikatakan namun saat ini dengan harga timah anjlok ditambah lagi harga BBM naik membuat dirinya kebingungan harus bagaimana cara mencari nafkah.
Baca juga:
Surya Paloh: Anies, Kau Jangan Menyerah
|
"Sekarang bagaimana coba kita pikir dengan harga timah murah, minyak (BBM - red) mahal naik, tidak sesuai lagi dengan hasil timah yang didapat, pakai Robin (mesin hisap - red) Makai BBM paling tidak habis 30 liter satu hari, dapat timah sekitar 4 kilo, coba dihitung kan ngemin hasilnya, harga BBM saya beli 13 - 14 ribu perliter, harga timah sekarang 130 ribu perkilo apa itu tidak ngemin" pungkasnya menjelaskan.
Sebagai masyarakat rakyat kecil dirinya berharap ada perhatian dari pemerintah untuk ikut mencarikan solusi agar bisa memenuhi kebutuhan hidup dirinya beserta keluarganya.
"Bagaimana lagi pak harus saya berbuat semoga pemerintah bisa juga mencarikan solusinya agar kita bisa bekerja mencari nafkah buat makan anak bini dirumah mau tidak mau yang penting perutnya harus terisi makanan walau seadanya" ujarnya berkeluh kesah.
"Kalau saya sih biasa juga kerja kasar yang penting ada pekerjaan, apa saja lah yang penting halal buat anak bini dirumah, semoga pemerintah ada perhatiannya buat kita pak, tolong pak selesaikan kopi saya" ujarnya menutup obrolan untuk pamit pulang. (HMF).
Baca juga:
R. Kholis Majdi: HTI Tidak Berpolitik!
|
Jurnalis: Helmi M Fadhil (HMF).